Rabu, 13 Januari 2010

Pajajar Rajagaluh

Prabu Silwangi pernah tinggal di lereng Gunung Ciremai sekira abad XIV. Tepatnya di kawasan hutan Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh, kurang lebih 35 km arah timur dari pusat kota Majalengka. Di hutan itulah Raja Pajajaran yang dikenal gagah perkasa, bersemedi di sebuah keraton yang dibangunnya.
Sayang, setalah mendapat gelar kehormatan sebagai Sri Ratu Dewata Wisesa, Prabu Siliwangi lantas menghilang. Bangunan keraton megah dan semua infrastruktur yang ada di kawasan hutan Pajajar lantas burak santak (hancur lebur) menjelma menjadi hutan belantara.
Versi lain menurut babad Cirebon, menghilangnya Prabu Siliwangi dari bumi Pajajar karena ia menolak masuk Islam. Kangjeng Sunan Gunungjati alias Syeh Syarif Hidayatullah yang juga cucunya itu, pernah meminta agar Prabu Siliwangi segera masuk Islam dan bersama-sama menyebarkan agama Allah di kawasan Parahiyangan. Namun, permintaan cucunya itu ditolak.
Sebagai bukti bahwa Kangjeng Prabu Siliwangi pernah lama tinggal di kawasan Majalengka, ditandai peninggalan sejarahnya. Seperti ada tumpukan bebatuan, bekas bangunan di bukit Pajajar, dan sebuah sumber air bersih di atas bukit Pajajar. Bebatuan itu adalah bekas bangunan keraton Prabu Siliwangi. Sebuah batu besar berukuran 5 X 6 x 2,5 meter yang di dalam batu besar itu terpancar sumber air bersih. Konon, batu itu bekas tempat bertapa. Sumber pancaran air itu dinamakan Pancuran Talaga Siliwangi.
Dalam sejarah, Desa Pajajar dulu bernama Desa Pajajaran alias Desa Indrakila. Tahun 1600 diubah namanya menjadi Desa Pajajar. Perubahan nama itu akibat pertentangan paham sejarah Prabu Siliwangi. Kuwu Pajajaran Mbah Dingklong terpaksa mengubah menjadi Desa Pajajar karena dia berkeyakinan lokasi Kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor bukan di Desa Pajajaran Kec. Rajagaluh.
Terlepas dari banyaknya paham mengenai sejarah Kerajaan Pajajaran, yang penting bagi Tata selaku pemimpin adat dan masyarakat di desa itu, merupakan kewajiban dari nenek moyangnya bahwa hutan Pajajar harus dijaga kelestarian. Hutan Pajajar adalah sebuah tempat sumber air yang mampu membantu jutaan penduduk dari ancaman kekeringan. Sumber air Pajajar berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit dan di bukit Pajajar bekas Keraton Kerajaan Pajajaran, ada sebuah makam yang memiliki karomah bagi yang memerlukan bantuannya.
Hutan Pajajar yang luasnya sekira 4.5 hektare ditumbuhi ribuan pepohonan besar yang usianya ratusan tahun. Dari sumber air Pajajar telah dimanfaatkan untuk sumber air PDAM Kab. Majalengka. Ratusan hektare sawah di Kec. Rajagaluh, Leuwimunding, dan Kec. Sukahaji diairi dari sumber air hutan Pajajar. Ribuan rumah penduduk menggunakan air bersih dengan selang plastik dari hutan Pajajar ke rumah-rumah penduduk.
Hutan Pajajar dihuni aneka binatang, seperti kera, landak, ular, kelelawar, musang, babi hutan, dan anjing hutan (serigala). Bahkan, sering orang menemukan harimau di tengah malam. Di bawah sumber air terdapat kolam alami dengan bebatuan besar. Di kolam ini banyak dimanfaatkan para wisatawan untuk mandi sambil mengobati penyakit kulit. Konon, bila minum air Pajajar bisa menyembuhkan penyakit lambung, seperti maag, liver, dan mencret. Tak jauh dari kantor Desa Pajajar terdapat sebuah kolam renang yang dilengkapi sarana bermain anak-anak. Kolam renang yang sudah hampir 10 tahun itu dikelola Dinas Pariwisata Kab. Majalengka.
Aset wisata Pajajar dibagi dua. Untuk kawasan wisata hutan dikelola Kelompok Pemuda Pariwisata Pajajar (KP3). Hasil tiket wisata, semuanya untuk kas pembangunan desa karena status kepemilikan hutan adalah milik Desa Pajajar. Sementara itu, Pemkab Majalengka hanya diberi porsi untuk wisata kolam renang dan jatah sumber air PDAM.
Di dekat batu besar yang sekelilingnya dipagar kawat berduri, konon bekas bertapanya Kangjeng Prabu Siliwangi ada sebuah tulisan "Kayu Soekarno". Tulisan itu menandakan bahwa pada tahun 1944 sebelum Indonesia merdeka, Bung Karno pernah bertapa di dekat batu itu. Setelah bertapa sepuluh hari, Bung Karno menanam sepuluh batang bibit pohon asem yang sekarang sudah besar-besar.

"Bung Karno pernah berpesan bahwa pepohonan dan binatang yang ada di hutan Pajajar jangan diganggu manusia. Hutan dan binatang akan bermanfaat bagi kehidupan hajat hidup masyarakat," kata Bung Karno yang diucap ulang Sodikun (82) tokoh masyarakat Pajajar yang mengaku pernah bertemu Bung Karno ketika menanam bibit asem itu.

5 komentar:

  1. maaf yang ada di hutan lindung prabu siliwangi bukan kraton tetapi pesanggrahan / tempat per istirahatan baginda raja prabu siliwangi didirikanya pada th 900 masehi oleh prabu ciung wanara sedangkan dari prabu ciung wanara ke prabu siliwangi 11 keturunan terus masalah asal nama desa pajajar bukan desa indrakila tetapi asalnya desa indrakila pajajaran pada th 1650 diubah menjadi desa pajajaran kemudian pada tgl 17 -07-1700 diubah menjadi desa pajajar

    BalasHapus
  2. mohom di tinjau ulang kembali... banyak yang mesti di ralat.

    Sekarang ini tak ada harimau, anjing hutan atau babi hutan di wilayah Pesanggrahan Prabu Siliwangi
    binatang liar yang ada hanya kera itu pun sudah jinak. ular pun jarang.

    BalasHapus
  3. sebetulnya mengenai sejarah prabu siliwangi ,belum ada satupun bukti kongkrit yg benar benar yakin.karna setiap daerah mensinyalirnya,seperti,GARUT,BOGOR,CI ANJUR,bahkan MAJALENGKA.bahwa PRABU SILIWANGI berasal dari daerahnya,

    BalasHapus
  4. Semoga bermanfaat untuk memperkaya khasanah budaya Bangsa Indonesia

    BalasHapus
  5. Semoga bermanfaat untuk memperkaya khasanah budaya Bangsa Indonesia

    BalasHapus

F A K T A (FORUM MAHASISWA KAJIAN STRATEGIS dan AKSI)Cirebon